Banda Aceh- Sebagai kota dengan multi etnis dan agama, Banda Aceh telah teruji sebagai kota yang paling aman bagi minoritas manapun. Hal ini menunjukkan Banda Aceh yang dihuni oleh berbagai suku dan agama telah mampu melalui perjalanan panjang dalam menjaga dan merawat kerukunan.
Dibeberapa tempat diluar Aceh sikap dan tindakan intoleran masih menjadi ancaman laten. Hal itu jelas mengingkari kebinekaan dan pluralitas bangsa Indonesia. Lebih jauh dari itu, juga berpotensi menjadi embrio dari tumbuh suburnya paham ekstremisme dan radikalisme.
Masih munculnya sikap dan perilaku intoleran di sebagian masyarakat, perlu mendapat perhatian ekstra dari seluruh elemen masyarakat. Apalagi, saat ini pengaruh ekstremisme dan radikalisme global mulai menyusup ke Indonesia.
Beberapa kasus dan yang paling terakhir adalah kasus pengusiran seorang ustaz di Bali menunjukkan sikap intoleran bisa saja tumbuh dan muncul dimana saja. Kita patut khawatir bahwa benih intoleran sejatinya masih ada dan kemungkinan sengaja dipupuk di sejumlah kelompok masyarakat. Ibarat api dalam sekam, hanya tinggal menunggu satu insiden yang bisa menjadi penyulut yang membuatnya membara dengan mudah dan cepat meluas.
Untuk itu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Banda Aceh memandang penting dan krusial setiap isu global yang membahayakan persatuan dan situasi perkembangan sosial politik nasional. Kedua hal dapat berdampak pada daerah lainnya.
FKUB Kota Banda Aceh secara intens dan kontinyu terus melakukan penguatan internal dan meningkatkan silaturahmi antar pemuka pemeluk agama dan stakeholder terkait. Upaya ini tentu harus disambut agar Banda Aceh terus membuktikan diri sebagai kota paling aman dan nyaman untuk suku bangsa dan agama manapun. Sebuah kota yang terus bergerak maju menuju Banda Aceh Kota Kerukunan, Gemilang dalam bingkai Syariah.
Penulis dan editor : Hasnanda Putra