HARI KEDUA SOSIALISASI PENYULUHAN PENCEGAHAN PEREDARAN/PENGGUNAAN NARKOBA DAN MIRAS OLEH BADAN KESBANGPOL KOTA BANDA ACEH

Banda Aceh- Badan Kesbangpol Kota Banda Aceh sejak kemarin s/d hari ini (4&5 September 2018) telah menyelenggarakan kegiatan sosialisasi penyuluhan pencegahan peredaran/penggunaan narkoba dan miras bagi generasi muda di Kota Banda Aceh, bertempat di Aula SKB Lampineung Banda Aceh.

Pelaksanaan kegiatan pada hari kedua tidak jauh berbeda dengan hari pertama, narasumber dari unsur sama, yaitu Drs Faisal Abdul Naser MH (Kepala BNNP Aceh), dr Arief Dian (Dokter Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh) dan Zulkifli SH (Plh Kepala Badan Kesbangpol Kota Banda Aceh) namun dengan peserta yang berbeda.

Jika pada hari pertama peserta merupakan 90 pemuda yang tergabung dalam Persatuan Pemuda Gemilang (PPG) Kota Banda Aceh, maka pada hari kedua peserta merupakan 90 pengurus remaja mesjid yang tergabung dalam Badan Komunikasi Pengurus Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI) Kota Banda Aceh.

Berikut sekilas materi yang disampaikan oleh narasumber:

dr. Arief Dian lewat materinya mengungkapkan bahwa 80% pasien RSJ riwayatnya akibat penggunaan ganja. Menurutnya ganja di Aceh dikenal maboknya “bagus”, karena selain tanah Aceh yang subur, ganja di Aceh juga memiliki kandungan THC (Tetra Hydro Cannabinol) yang tinggi.

“Tanaman ganja yg ada di Aceh kadar THCnya empat belas koma sekian persen, itu merupakan kadar THC tertinggi di bandingkan daerah lainnya di Indonesia, sehingga kualitas ganja di Aceh menjadi super,” ungkap dr Arief.

Lebih lanjut dr Arief mengemukakan bahwa sifat dari zat narkotika yaitu bertambah; rasa sensasi yang didapat dengan dosis yang sama semakin berkurang, sehingga pecandu terus menambah dosis untuk mendapat sensasi seperti waktu pertama kali menggunakan narkotika, ini yang membuat pemakai menjadi kecanduan. Oleh karena itu jangan pernah coba-coba pakai narkoba!

Sementara itu Drs Faisal Abdul Naser menyatakan tembak di tempat Bandar Narkoba!

Menurutnya, Aceh yang bersyariat dengan agama, adat dan sejarah perlu dijaga dan dirawat. BNN Provinsi Aceh telah merekrut 200 orang untuk dilatih menjadi penggiat narkoba, mereka berasal dari berbagai kabupaten/kota di Aceh.

“Harus kita tegakkan dengan keimanan dan niat yang baik untuk memberantas peredaran narkoba,” ujar Faisal penuh semangat.

Menurut Faisal, bandar narkoba saat ini memanfaatkan kalangan wanita bahkan ibu-ibu untuk dijadikan kurir, seperti yang terjadi di Bandara Kualanamu Medan.

“Mafia kalau sudah menggunakan wanita, itu namanya mafia yang tidak punya otak, untuk memuluskan tujuannya, meloloskan sabu,” ungkapnya geram.

Menurut Faisal, pemberantasan peredaran narkoba tidak cukup dengan upaya preventif tapi harus dengan tindakan kekerasan yg terukur. “Saya sudah perintahkan anggota saya untuk tembak di tempat bandar narkoba!” tutur Faisal. Dirinya bertekad memberantas dan memerangi narkoba di Aceh dengan cara pendekatan kearifan lokal melalui agama, budaya dan sejarah.

Badan Kesbangpol Kota Banda Aceh sendiri bertekad melalui sosialisasi-sosialisasi terus berupaya membangun karakter anak bangsa yang mandiri, bersih dan anti narkoba. Terlebih lagi Walikota Banda Aceh pada tahun 2018 ini berencana mendeklarasikan #2019 Banda Aceh Bebas Narkoba.

“Mari kita dukung program kerja Pemko Banda Aceh dalam rangka mewujudkan Banda Aceh Kota Gemilang dalam Bingkai Syariah,” ajak Zulkifli sebelum menutup acara.

Acara berlangsung aman dan tertib, suasana menjadi semakin hangat dengan adanya dialog interaktif antara peserta dengan narasumber. [sri]

Sharing ke Social Media :