Sebuah novel mengagumkan tentang Laksamana Malahayati ditulis perempuan Jawa Endang Moerdopo. Serpihan goresan setebal 350 halaman berjudul ‘’Perempuan Keumala’ memulai cerita Malahayati ketika mengikuti pendidikan militer kerajaan yang disebut Mahad Baitul Maqdis, di Banda Aceh.
Sebagaimana dilansir di detiknews, tempat inilah yang mencetak para perwira tangguh yang memperkuat pertahanan Kerajaan Aceh Darussalam. Di tempat belajar ini pula Malahayati bertemu dengan Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief, taruna senior yang kemudian menjadi suaminya. Saat sang suami menjadi Panglima Armada Selat Malaka, Malahayati menjadi Komandan Protokol Istana.
Kisah sepak terjang keberanian Malahayati di Kerajaan Darud Donya Darussalam berawal dari kematian Tuanku Mahmuddin dalam pertempuran di Teluk Haru. Derita itu disusul oleh cobaan lain, yakni putri semata wayangnya diculik oleh petinggi kerajaan sebagai bagian dari intrik keluarga kerajaan.
Masalah bertambah oleh kondisi di lapangan, ketika ada orang-orang kaya di Aceh yang bersekutu dengan Portugis demi keuntungan pribadi. Juga ada rencana kudeta oleh Sultan Muda, putra bungsu Baginda Sultan sendiri.
Di tengah situasi yang serba menjepitnya, Malahayati mencoba bangkit. Posisinya sebagai Laksamana Laut berkewajiban menjaga Selat Malaka dari gangguan berbagai pihak. Dia, antara lain, membangun pasukan yang terdiri dari para janda korban perang, yang kemudian dikenal dengan sebutan Inong Balee (armada janda). Melatih mereka, para janda, tentu tak mudah. Nama Laksamana Malahayati semakin disegani setelah berhasil menikam Cornelis de Houtman dengan rencong sampai tewas di atas geladak kapalnya.
Perempuan perkasa ini hidup di abad ke-16 dan awal abad ke-17 dan disebut-sebut sebagai laksamana perempuan pertama di nusantara.
Pahlawan Nasional
Presiden Joko Widodo menetapkan Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional Pada Kamis 9 November 2017 di Istana Negara. Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nuralam, selaku pihak yang mewakili ahli waris menerima plakat pahlawan nasional untuk Laksamana Malahayati. Sebagaimana diketahui Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nuralam cucu tertua Raja Aceh terakhir Sultan ‘Alaidin Muhammad Daud Syah (1874-1904).
Editor : Hasnanda Putra