Harga Gula Pasir di Aceh Tembus Rp 20.000/Kg
Gula pasir yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat, terutama pada saat jelang Lebaran Idul fitri 1437 H, mulai langka di Aceh. Akibatnya, harga gula pasir saat ini mencapai Rp20.000 hingga Rp22.000 per kg.
“Yah, harga gula di ujung ramadhan benar-benar gila-gilaan, sekarang dijual Rp 20.000 hingga Rp 22. 000 per kg,” kata seorang pembeli di Pasar Peunayong kemarin, Jumat (1/7).
Menurut sejumlah pedagang, kelangkaan gula ini akibat minimnya pasokan dari Medan maupun dari Sabang. Sedangkan stok yang tersedia di Banda Aceh sangat tidak mencukupi lagi, mengingat tingginya kebutuhan masyarakat saat Ramadhan dan jelang Lebaran.
Menurut informasi dari seorang di Pasar Peunanyong, Ramli mengaku, menjelang lebaran seperti sekarang ini kebutuhan gula pasir masyarakat sangat tinggi, sedangkan stok ataupun persediaan sangat minim.
“Malahan sudah sempat hilang di pasaran dan sekarang ini harga tebus gula pasir di Medan mencapai Rp900 ribu per karung kapasitas 50 kg,” ujar H. Ramli saat ditanyai, Jumat (1/7).
Menurutnya, harga tebus gula pasir di Medan bisanya Rp600 ribu per karung ukuran 50 kg, namun saat ini mengalami kenaikan yang luar biasa.
Ditanya mengapa gula nyaris hilang di pasaran dan harganya makin tinggi, Ramli mengakui tidak mengetahui persis apa penyebabnya. “Saya tidak tahu penyebab kenaikan harga gula yang gila-gilaan ini. Apakah karena permintaan yang terlalu tinggi dengan persediaan terbatas atau karena ulah spekulan, itupun ia tidak tau,” katanya.
Memang biasanya, di saat hari-hari besar tertentu seperti hari besar keagamaan banyak spekulan yang bermain. Namun itu kita harapkan tak benar, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan saat menjelang Lebaran seperti saat ini.
Sementara M. Noer pedagang eceran di Pasar Kampong Baro memperkirakan persediaan gula pasir yang ada saat ini dikhawatirkan tidak mencukupi kebutuhan Lebaran yang tinggal beberapa hari lagi.
“Nah seharusnya kondisi ini perlu penanganan cepat dari pemerintah, sebelum gula pasir benar-benar hilang dari pasaran. Tapi sayangnya Pemerintah sepertinya kurang peka dengan kondisi saat ini,” ujarnya.
Akibat kelangkaan gula, pihaknya terpaksa bergerilya mencari gula pasir guna memenuhi kebutuhan konsumen di tokonya.
“Kalau dulu kita bisa stok dua sampai tiga karung, sekarang untuk dapat satu karung pun susah sekali,” ujar M. Noer sambil menambahkan, kemarin dia hanya bisa dapat satu karung dari seorang pedagang di kawasan Peukan Bada,” ungkapnya.
Menurutnya, bukan saja gula pasir yang harganya meroket sekarang ini, namun telur juga mengalami kenaikan yang sangat luar bisa. Harga telur biasanya per papan Rp40.000 ribu, kini menjadi Rp55.000. Dengan begitu, terpaksa dijual dengan harga Rp2.000 per butir.
Kondisi seperti ini bukan tidak mungkin akan semakin parah dengan naiknya harga kebutuhan pokok lainnya yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini. “Pemerintah harus bisa mengendalikan harga pasar dengan cepat dan tepat,” saran M.Noer yang mengaku sudah lima tahun membuka usahanya di pasar Kampong Baro.